BATULICIN, POSKOnews.id– Budaya Maritim Mapanre RI Tasi'e di Kota Pagatan Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan, mencapai puncaknya, Minggu (22/05/22).
Jauh sebelum Bumi Bersujud ini lahir mewarnai Tanah Antasari, Ivent tahunan ini sudah menjadi warisan budaya para leluhur yang mendiami kawasan pesisir paling tenggara di Pulau Borneo.
Gairah ekonomi pun sekejap bangkit, para pedagang dan pengunjung dari dalam maupun luar daerah terus menjamur di kawasan pesisir Kota Pahlawan 07 Februari ini.
Campur tangan yang apik dari Pemerintah Daerah bersama penyelenggara kegiatan yang dinaungi Lembaga Ade Ogi Pagatan, merangsang para pelancong, pegiat sosial dan budaya, akademisi, UMKM, dari berbagai latar belakang, ikut andil menggaungkan ivent Budaya Maritim Pesta Laut Mapanre Ri Tasi'e.
Unsur religius pun terus menjadi payung selama rangkaian kegiatan Pesta Adat Mappanre Ri Tasi'e berjalan. Seperti motto nya Bumi Bersujud, selama kepemimpinan Bupati Abah HM. Zairullah Azhar, Kabupaten Tanah Bumbu terus berbenah diri menuju Kota Serambi Madinah di Kalimantan Selatan.
Sinergitas yang baik antara Pemerintah Daerah dan pihak pengelola kegiatan dari Lembaga Adat Ogi, merestorasi Budaya leluhur ini, namun tetap mengedepankan nilai- nilai keislaman jauh dari unsur kesyirikan. Diantaranya, dengan perubahan istilah penyebutan Pesta Laut Mapanretasi menjadi Mapanre Ri Tasi'e atau makan-makan di laut.
Dalam setiap kesempatan, Bupati Abah Zairullah Azhar selalu menekankan, mulai tahun ini pihaknya akan menghilangkan istilah Mapanretasi (Memberi makan laut) karena mengandung makna syirik dalam agama Islam dan itu bertentangan dengan Serambi Madinah yang sekarang ini terus digaungkan Pemkab Tanah Bumbu.
“Bukan sekadar budaya tapi ada nilai – nilai yang diwariskan kepada anak cucu kita. Ini yang harus kita lestarikan dengan tetap menjaga budaya namun tak ada lagi berbau syirik", tegas Bupati Abah Zairulllah pada sambutan puncak Mapanre Ri Tasi'e di Pagatan.
Namun begitu lanjutnya, pesta laut merupakan budaya leluhur yang harus tetap dilestarikan. Karena Kegiatan ini adalah event tahunan yang dilaksanakan di Pantai Pagatan, merupakan budaya yang ditinggalkan oleh nenek moyang para nelayan dengan harapan dan doa agar tangkapan ikan bagi nelayan nantinya akan kembali melimpah.
Masih kata Bupati, Pada event budaya maritim ini, semua suku anak bangsa yang ada di Bumi Bersujud mendapat ruang menampilkan seni dan budayanya masing-masing. “Disini kita ajak semua suku untuk bersatu karena Bumi Bersujud ini milik kita bersama. Kita akan terus berjuang untuk kehidupan masyarakat Tanah Bumbu yang lebih baik", sebutnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Lembaga Ade Ogi Pagatan, Fawahisah Mahabbatan, mengatakan kegiatan event Pesona Budaya Mappanre Ri Tasi'e ini merupakan adat budaya maritim yang dilaksanakan setiap tahun. Namun sempat ditiadakan selama dua tahun terakhir karena pandemi covid-19 dan sekarang bisa dilaksanakan lantaran keadaan sudah berangsur normal pada PPKM Level 1.
Lanjutnya, kegiatan budaya maritim ini dikemas dengan berbagai kegiatan dan mengajak semua suku yang ada di Tanbu terlibat untuk memeriahkan event budaya tahunan ini.
“Ini adalah pesta adat yang harus dilestarikan dan merupakan warisan nenek moyang kita sebagai pelaut. Kegiatan tahun ini juga sangat berbeda dengan tahun sebelumnya karena dikemas bernuasa religi dan sudah menghilangkan hal berbau syirik", sebutnya.
diungkapkan Fawa, selama 40 hari kegiatan ini berjalan, perputaran perekonomian masyarakat jelas meningkat. Dan kembali akan diperpanjang hingga tanggal 29 Mei mendatang untuk kegiatan hiburan. “Tentunya, ini akan memberikan pemasukan bagi daerah melalui event pesta laut ini dan juga sebagai sarana promosi wisata maritim di Tanah Bumbu,” tandasnya.
Tanah Bumbu adalah miniatur Indonesia, dengan wajah pluralnya, merupakan sinyal kuatnya persatuan dan demokrasi di daerah yang baru beranjak dewasa diumurnya yang ke 19 tahun ini. Melalui ivent budaya maritim Mapanre Ri Tasi'e, adalah wadah pemersatu anak bangsa mengakomodasi berbagai kegiatan sosial, budaya, keagamaan, berskala besar karena melibatkan banyak umat. (Redaksi)