BATULICIN (01/6)- Bupati Tanah Bumbu Mardani H Maming berharap kepada petani di kabupaten Tanah Bumbu (Tanbu) tidak hanya menjual berasnya di wilayah sendiri. Setidaknya perlu menanamkan jiwa sebagai pengusaha, sehingga mampu memikirkan produksi beras hasil olahan sendiri untuk dipasarkan keluar daerah. Demikian disampaikannya dihadapan kelompok tani dan lintas terkait saat membuka acara panen raya padi sawah di desa batarang Kecamatan Kusan Hilir (27/5) kemarin.
![]() |
Bupati Mardani Dihadapan Petani Desa Batarang |
Menurutnya Mardani, Kabupaten Tanah Bumbu memiliki produksi beras yang cukup potensial. Ini merupakan bukti keberhasilan petani setempat yang sudah dari dulu telah mampu menciptakan swasembada beras.” Sebelum saya jadi Bupati, Tanah Bumbu sudah melakukan swasembada beras, berarti dinas terkait dan penyuluhnya telah berhasil membina para petani sehingga swasembada berhasil dicapai.” Kata Bupati.
Bupati menginginkan kalau hanya swasembada beras saja, itu belum cukup sampai disitu. Mestinya kita harus bisa meningkatkan lagi dalam hal suplay beras ke Kabupaten lainnya yang kekurangan beras. “kalau harus dikirim kepulau jawa maupun Sulawesi kenapa tidak, kerena tidak menutup kemungkinan, dengan jumlah penduduk dan kebutuhan berasnya semakin meningkat , khususnya pulau jawa bisa kekurangan beras,”imbuhnya.
Untuk mengirim beras ke pulau jawa anggap Bupati, sangatlah murah, karena sudah didukung dengan akses pelabuhan yang tersedia. Sementara kapal yang yang berangkat ke luar Tanah Bumbu, 3 kali dalam seminggu baik tujuan pulau jawa maupun ke sulawesi.
“Perlu adanya terobosan para pengusahanya, Sehingga mampu meningkatkan daya saing dalam hal penguasaan pasar melalui pengeloaan yang baik, utamanya adalah peningkatan kualitas beras,” pinta Bupati.
Diakuinya, pertanian di Kabupaten Tanah Bumbu tentu memiliki kendala, baik proses tanam maupun alat kelengkapan yang menunjang proses panen higga sampai pada tempat penyimpananya.
“Saya pernah mengatakan kepada dinas terkait, Jangan dikira dengan memberi hand Traktor kita sudah berharap kepada petani akan panen dimana-mana, kerena hand traktor yang diberikan baru secuil dari permasalahan petani yang ada dilapangan. Justru saya sedih mendengar ada alat mesin pemanen padi secara praktis, yang disewa petani secara berkelompok,” ujar Bupati
Untuk mengatasi persoalan tersebut lanjutnya, tahun 2016 alat yang sebenarnya dibutuhkan petani harus terealisasi di Tanah bumbu. Melalui dana yang dianggarkan dari APBD Kabupaten Tanah Bumbu.
“Hanya melalui dana APBD yang bisa dilakukan pemerintah, kerena masih banyak masalah petani yang harus diselesaikan walaupun secara bertahap mulai dari hilir sampai ke hulu. Sehingga akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan petani yang bukan hanya sebagai pencetak swasembada beras tapi juga menjadi pengusaha pengirim beras keluar daerah,” sebut Bupati.
Dalam kesempatan tersebut Bupati yang baru terpilih menjadi Ketua Apkasi ini memaparkan. Persoalan lain yang menjadi perhatian pemerintah daerah adalah terkait harga beras dipasaran. Hal ini disebabkan, saat panen bersamaan, maka harga akan turun, dan saat menanam, maka supley beras juga berkurang.
“Sebab yang mendasar, pola bertanam di wilayah kita lebih mengaharapakan pada curah hujan, tanpa mengandalkan irigasi. Saat musim hujan, semua menanam, saat menanam, suplay beras berkurang sehingga harga tidak stabil, saat panen bersamaan harga beras menjadi turun,” terangnya.
Upaya lainnya untuk menjaga kestabilan harga di pasaran, Pemerintah Daerah akan berencana menyiapkan gudang penyimpanan beras yang selama ini dilakukan oleh Bulog. Tentunya daya dukung penunjang pertanian di Tanah Bumbu sudah dimiliki semuanya, baik mulai hilir maupun hulu. Maka tugas pemerintah daerah berupaya mengimbangi peranan seperti Bulog, cukup pemerintah daerah yang mengambil tugasnya bulog.
Dengan demikian ungkap Bupati, jika harga beras dibawah Rp.8000,- maka pemerintahlah yang akan menampungnya melalui dana APBD dengan melakukan kerjasama bersama pihak bank. Berasnya ditaruh digudang, dan dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat, sehingga harga beras dipasaran dapat terjaga dengan tujuan, tidak merugikan para petani lokal. (winrelhum)